DOSA GAGALNYA KONSTRUKSI Paling Mematikan: Menguak Rahasia Hitam Arsitek di Balik Ambruknya Pondok Buduran

056659500 1759147385 img 20250929 wa0144

RANCANGCITRA.COM – Di tengah hiruk pikuk tren “Aesthetic Minimalis” yang membanjiri media sosial kita, insiden tragis ambruknya gedung di Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo adalah tamparan keras. Kasus ini bukan sekadar berita duka biasa. Ini adalah Dosa Konstruksi Paling Mematikan, sebuah kegagalan struktural total yang menyingkap wajah gelap di balik proyek bangunan yang seharusnya menjadi rumah aman bagi para santri.

Kami, para praktisi arsitektur, menyebut fenomena runtuh total seperti ini sebagai “pancake collapse” atau yang kita kenal sebagai “runtuhan lapis legit”. Gedung di Pondok Sidoarjo ini ambruk dengan cara yang paling mengerikan: lantai-lantai jatuh menumpuk secara vertikal, menghancurkan kolom penyangga secara instan. Hasil analisis pakar ITS menegaskan: ini adalah kegagalan struktur total, bukan sekadar kecelakaan.

Ironisnya, pondok pesantren tempat menimba ilmu agama dan moral justru menjadi saksi bisu minimnya integritas dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Para santri yang menghuni Pondok Pesantren Ambruk ini sejatinya adalah korban dari “pengabaian profesional” yang fatal, jauh sebelum bencana gempa terjadi.

Lalu, di mana letak “Rahasia Hitam Arsitek” ini? Data menunjukkan, bangunan tersebut awalnya dirancang hanya satu lantai, namun kemudian ditambah menjadi tiga bahkan empat lantai tanpa perhitungan struktur yang memadai. Ini adalah praktik curang yang umum, di mana demi menghemat biaya dan waktu, integritas desain yang asli diabaikan total.

Setiap kolom dan balok dalam sebuah bangunan bertingkat memiliki beban kritis yang sudah ditetapkan dalam desain awal. Ketika pemilik proyek atau kontraktor (bisa jadi tanpa pengawasan arsitek/insinyur struktural yang kompeten) “memaksakan” penambahan lantai, mereka secara harfiah menempatkan bom waktu di bawah kaki penghuni Pondok Pesantren Putri Darussalam Al Khoziny dan area lainnya.

Inilah “Dosa” yang tak terampuni. Bukan hanya kegagalan teknis, tapi juga kegagalan moral dari pihak yang bertanggung jawab mereka yang menoleransi pembangunan tanpa izin, tanpa supervisi ahli, dan tanpa memedulikan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang beban dan ketahanan gempa. Nyawa para santri menjadi taruhannya.

Kasus Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo ini harus menjadi trending topic yang abadi di benak publik. Kita harus menuntut transparansi total dan akuntabilitas dari para perancang, kontraktor, dan pengawas. Sebab, di balik setiap bangunan yang berdiri, ada janji keselamatan yang wajib ditepati.

Mari kita jadikan kisah pilu di Pondok Al Khoziny ini sebagai pengingat pahit. Bahwa desain dan konstruksi adalah pertaruhan nyawa, bukan lahan untuk berhemat dan berbuat curang. Integritas arsitek dan insinyur adalah benteng terakhir pertahanan hidup. Inilah tugas kita bersama, untuk memastikan tragedi serupa tidak terulang, demi masa depan anak bangsa yang berhak atas bangunan yang kuat dan jujur. ***

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top